Sabtu, 17 Agustus 2013

Value Relevance Laporan Keuangan di Indonesia dan Kaitanya dengan Beban Iklan dan Promosi

Dalam Simposium Nasional Akuntansi telah di seminarkan hasil penelitian dengan judul: Value Relevance Laporan Keuangan di Indonesia dan Kaitanya dengan Beban Iklan dan Promosi, oleh Arie Rahayu Hariani, dan Mohammad Nashih dari Universitas Airlangga. publikasi ini sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi peneliti selanjutnya. artikel ini sangat bermanfaat jika di jadikan rujukan atau landasan dasar bagi para peneliti yang tertarik untuk meneliti kembali hasil penelitian ini, untuk itu telah di uraikan di bawah ini secara singkat deskriptifnya:

PENDAHULUAN
Belakangan ini muncul klaim bahwa informasi akuntansi telah kehilangan sebagian relevansinya bagi investor (Francis dan Schipper, 1999). Satu tanda hilangnya sebagian relevansi informasi akuntansi menurunnya value relevance dari tahun ke tahun. Francis dan Schipper (1999) menyebutkan bahwa value relevance informasi nilai buku ekuitas dan earnings terhadap returns menurun namun meningkat terhadap nilai pasar (market equity values). Di pihak lain, Lev dan Zarowin (1999) dan Brown dkk., (1999) memperoleh bukti bahwa value relevance informasi akuntansi mengalami penurunan. Di Indonesia, penelitian oleh Margani Pinasti (2004) menyebutkan bahwa value relevance informasi akuntansi menurun sepanjang periode 1990-2001. Sekar Mayang Sari (2004) juga menemukan bukti bahwa value relevance earnings turun secara signifikan dari masa sebelum krisis (1995-1996) ke masa krisis (1997-1998). 

Penurunan value relevance informasi akuntansi seringkali dikaitkan dengan perubahan lingkungan bisnis yang terjadi saat ini. Secara teoritis, satu faktor penyebab penurunan relevansi laporan keuangan adalah semakin signifikannya jumlah aktiva tak berwujud yang ada dalam perusahaan (Canibano dkk., 1999; Lev dan Zarowin, 1999). Beberapa penelitian value relevance mencoba menguji hal ini dan menemukan bahwa value relevance dapat dikaitkan dengan aktiva tak berwujud (Canibano dkk., 1999). Salah satu aktiva tak berwujud penting perusahaan adalah merek, yang dibangun oleh banyak faktor dan dikomunikasikan melalui iklan dan promosi. Shimp (1997) mengatakan bahwa komunikasi pemasaran (iklan dan promosi) merupakan faktor yang sangat penting untuk membangun merek yang positif. 

KESIMPULAN

Value relevance laporan keuangan di Indonesia tidak mengalami penurunan, justru mengalami peningkatan selama periode 1993-2003. Hasil ini tidak berubah meskipun dilakukan analisis lanjutan untuk mengetahui pengaruh dari (a) masuknya perusahaan baru maupun (b) laba negatif. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan penggunaan analisis fundamental baru-baru ini oleh para pelaku pasar. 

Value relevance juga tidak berhubungan negatif dengan besarnya beban iklan dan promosi. Hal ini tidak berubah meskipun observasi dengan laba negatif dikeluarkan. Perbedaan hasil dengan hipotesis ini mungkin disebabkan oleh perbedaan prilaku investor pasar modal Indonesia dengan Amerika (tempat teori value relevance dikembangkan).

 Sepintas gambaran umum Artikel Simposium Nasional Akuntansi, link di bawah ini anda gunakan untuk melihat artikel lengkapnya, semoga bermanfaat.

0 Komentar: